Minggu, 24 November 2013
Sabtu, 23 November 2013
B. ELITE DAN MASSA
"ELITE DAN MASSA"
A. PENGERTIAN ELITE
Ada 2 definisi mengenai pengertian dari elite :
a) Menurut KBRI, elite adalah orang-orang terbaik atau pilihan dalam
suatu kelompok/kelompok kecil orang-orang terpandang atau berderajat
tinggi (kaum bangsawan, cendekiawan, dsb)
b) Dalam arti lebih khusus, elite adalah sekelompok orang terkemuka
di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang
kekuasaan.
Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan : “ posisi di
dalam masyarakat di puncak struktur struktur sosial yang terpenting,
yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran,
politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas.” Tipe
masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam
masyarakat industri watak elitnya berbeda sama sekali dengan elite di
dalam masyarakat primitive.
Di dalam suatu pelapisan masyarakat tentu ada sekelompok kecil yang
mempunyai posisi kunci atau mereka yang memiliki pengaruh yang besar
dalam mengambil berbagai kehijaksanaan. Mereka itu mungkin para pejabat
tugas, ulama, guru, petani kaya, pedagang kaya, pensiunan dan lainnya
lagi. Para pemuka pendapat (opinion leader) inilah pada umumnya memegang
strategi kunci dan memiliki status tersendiri yang akhirnya merupakan
elite masyarakatnya.
B. FUNGSI ELITE
Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas maupun yang lebih sempit, dalam kelompok heterogen maupun homogen selalu ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang terkemuka jika dibandingkan dengan massa. Penentuan golongan minoritas ini
Didasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap peranan yang dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta andilnya dalam meletakkan,dasar-dasar kehidupan yang akan dating. Golongan minoritas yang berada pada posisi atas yang secara fungsional dapat berkuasa adan menentukan dalam studi sosial dikenal dengan elite. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk melayani suatu kolektivitas dengan cara yang bernilai sosial.
Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa bentuk penampilan antara lain :
Elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan poros kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan keberhasilan yang dilandasi oleh kemampuan baik yanag bersifat fisik maupun psikhis, material maupun immaterial, merupakan heriditer maupun pencapaian.
Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat lain.
Ciri-Ciri lain yang merupakan konsekuensi logis dari ketiga hal di atas adalah imbalan yang lebih besar yang diperoleh atas pekerjaan dan usahanya.
Tujuan yang akan di capai harus terikat serta merupakan tujuan bersama kepandaian dalam menyesuaikan diri terutama bagi elite baru dapat membantunya secara efektif dalam mengarahkan masyarakatnya untuk mencapai tujuannya tersebut. Berhubungan dengan fungsi yang harus dijalankan oleh elite dalam memegang pimpinan, mereka harus dapat mengatur strategi yang tepat. Dalam hal ini, kita dapat membedakan elite pemegang strategi secara garis besar, yaitu :
Elite politik ( yang berkuasa dalam mencapai suatu tujuan dan biasa disebut sebagai elite dari segala elite )
Elite ekonomi, militer, diplomatik, dan cendekiawan ( yang berkuasa pada masing-masing bidang tersebut )
Elite agama, filsuf, pendidik, dan pemuka agama
Elite yang dapat memberikan kebutuhan psikologis, seperti : artis, penulis buku ( novelis, komikus ), tokoh film, dan sebagainya.
Elite dari segala elite haruslah dapat menjalankan fungsinya dengan mengajak para elite pemegang strategi di masing-masing bidang untuk menjalin kerja sama yang baik. Adanya perbedaan dalam masyarakat tersebut seluruhnya merupakan tanggung jawab para elite tersebut untuk dapat bekerjasama lain di dalam tiap lembaga kehidupan masyarakat. Di dalam suatu masyarakat, mungkin tindak-tanduk elite merupakan contoh, dan sangat mungkin seorang elite diharapkan dapat melakukan segala fungsi yang multi dimensi walaupun kadang sulit untuk dilaksanakan.
C. PENGERTIAN MASSA
Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan
kolektif lain yang elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal
menyerupai crowd, tapi yanag secara fundamental berbeda dengannya dalam
hal-hal yang lain.
Massa diwakili oleh orang-orang yang berperan serta dalam perilaku massal sepertinya mereka yang terbangkitkan minatnya oleh beberapa peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebagai diberitakan dalam pers, atau mereka yang berperanserta dalam suatu migrasi dalam arti luas.
CIRI-CIRI MASSA
Terhadap beberapa hal yang penting sebagian ciri-ciri yang membedakan di dalam massa :
Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial, meliputi orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan kecakapan, tingkat kemakamuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa mengenali mereka sebagai massa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti suatu proses peradilan tentang pembunuhan misalnya melalui pers.
Massa merupakan kelompok yang anonim, atau lebih tepat, tersusun dari individu-individu yang anonim.
Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antara anggotaanggotanya.
D. MASYRAKAT DAN MASSA
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem
semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut.
Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas
yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah
masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur.
MASSA
Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan spontan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tapi yanag secara fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain.
Massa diwakili oleh orang-orang yang berperan serta dalam perilaku massal sepertinya mereka yang terbangkitkan minatnya oleh beberapa peristiwa nasional, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang tertarik pada suatu peristiwa pembunuhan sebagai diberitakan dalam pers, atau mereka yang berperanserta dalam suatu migrasi dalam arti luas.
PERANAN MASYARAKAT DAN MASSA
masyarakat dan massa memiliki sebuah peranan dalam pelapisan sosial, massa dan masyarakat sangatlah berkaitan,
Terhadap beberapa hal yang penting. berikut ini adalah ciri-ciri yang membedakan di dalam
massa :
1. Keanggotaannya berasal dari semua lapisan masyarakat atau strata sosial,
meliputi orang-orang dari berbagai posisi kelas yang berbeda, dari jabatan
kecakapan, tingkat kemakamuran atau kebudayaan yang berbeda-beda. Orang bisa
mengenali mereka sebagai massa misalnya orang-orang yang sedang mengikuti suatu
proses peradilan tentang pembunuhan misalnya melalui pers.
2. Massa merupakan kelompok yang anonim, atau lebih tepat, tersusun dari
individu-individu yang anonim.
3. Sedikit sekali interaksi atau bertukar pengalaman antara anggota¬anggotanya.
E. PERILAKU MASSA
Massa dapat diartikan sebagai bentuk kolektivisme (kebersamaan). Massa
adalah kumpulan orang banyak dalam tempat, waktu yang sama dan biasanya
mempunyai tujuan yang sama. Oleh karena itu psikologi massa akan
berhubungan perilaku yang dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok
massa. Fenomena kebersamaan ini diistilahkan pula sebagai Perilaku
Kolektif (Collective Behavior).
Dalam perilaku kolektif, seseorang atau sekelompok orang ingin melakukan
perubahan sosial dalam kelompoknya, institusinya, masyarakatnya.
Tindakan kelompok ini ada yang diorganisir, dan ada juga tindakan yang
tidak diorganisir. Tindakan yang terorganisir inilah yang kemudian
banyak dikenal orang sebagai gerakan social (Social Movement).
Perilaku kolektif yang berupa gerakan sosial, seringkali muncul ketika
dalam interaksi sosial itu terjadi situasi yang tidak terstruktur,
ambigious (ketaksaan/ membingungkan), dan tidak stabil.
Kondisi – kondisi pembentuk perilaku massa
Neil Smelser mengidentifikasi beberapa kondisi yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif , diantaranya:
Structural conduciveness: beberapa struktur sosial yang memungkinkan munculnya perilaku kolektif, seperti: pasar, tempat umum, tempat peribadatan, mall, dst
Structural Strain: yaitu munculnya ketegangan dlam masyarakat yang muncul secara tersturktur. Misalnya: antar pendukng kontestan pilkada.
Generalized beliefs : berbagi interpretasi acara
Precipitating factors: ada kejadian pemicu (triggering incidence). Misal ada pencurian, ada kecelakaan, ada
Mobilization for actions: adanya mobilisasi massa. Misalmya : aksi buruh, rapat umum suatu ormas, dst
Failure of Social Control – akibat agen yang ditugaskan melakukan kontrol sosial tidak berjalan dengan baik.
TEORI-TEORI PERILAKU MASSA
Ada tiga teori yang digunakan untuk menjelaskan kejadian perilaku massa:
Social Contagion Theory, menyatakan bahwa orang akan mudah tertular perilaku orang lain dalam situasi sosial maka mereka akan melakukan tindakan meniru/imitasi.
Emergence Norm Theory, menyatakan bahwa perilaku didasari oleh norma kelompok, maka dalam perilaku kelompok ada norma sosial mereka yang akan ditonjolkannya. Bila norma ini dipandang sesuai dengan keyakinannya, dan berseberangan dengan nilai / norma yang berlaku maka konflik akan terjadi.
Convergency Theory, menyatakan bahwa kerumunan massa akan terjadi pada suatu kejadian dimana ketika mereka berbagi (convergence) pemikiran dalam menginterpretasi suatu kejadian. Orang akan mengumpul bila mereka memiliki minat yang sama dan mereka akan terpanggil untuk berpartisipasi.
Deindivuation Theory, menyatakan bahwa ketika orang dalam kerumunan, maka mereka akan ”menghilangkan” jati dirinya, dan kemudian menyatu ke dalam jiwa kelompok massa.
CARA MENYIKAPI PERILAKU MASSA
1. Memahami bentuk perilaku kolektif
2. Memahami motif perilaku kolektif
3. Perencanaan penyelesaian yang matang
4. Kesiaan mental petugas
5. Pengendalian diri yang baik
6. Keberanian dalam bersikap
F. PERANAN ELITE TERHADAP MASSA
Elite sebagai minoritas yang memiliki suatu kualifikasi tertentu yang eksistensinya sebagai kelompok penentu dan berperan dalam masyarakat diakui secara legal oleh masyarakat pendukungnya. Dalam hal ini kita melihat elite sebagai kelompok yang berkuasa dan kelompok penentu.
Dalam kenyataannya elite penguasa kita jumpai lebih tersebar, jangkauannya lebih luas, tetapi lebih bersifat umum, tidak terspesialisasi seperti kelompok penentu. Kita mengenal, adanya kelompok penguasa merupakan golongan elite yang berasal dari kondisi sejarah masa lampau.
Kelompok elite penguasa ini tidak mendasarkan diri pada fungsi-fungsi sosial tetapi lebih bersifat sebagai kepentingan birokrat. Kita bisa menjumpai kelompok penguasa ini pada berbagai perhimpunan yang bersifat khusus, misalnya pada kelompok birokratis yang berfungsi sebagai pembuat kebijakan-kebijakan maupun sebagai pelaksana dan sebagai elite pemerintah.
Pelapisan sosial dan kesamaan derajat dapat kita jumpai di lingkungan kita , berbagai hal dalam hal apa pun pasti tak luput dari perbedaan dalam pemberian , kesamaan , kesetaraan , pembagian yang setimbang dengan yang lainya.
Misalnya peranan kaum elite terhadap massa.Biasanya kaum elite selalu ingin dihargai dari kaum yang dibawahnya, dan suka berpliaku sewenang – wenangnya.
Kita ambil contoh tentang kasus pengelapan pajak oleh anggota komisi pajak dan maling ayam. Kenapa dalam memberikan hukuman, lebih berat maling ayam dari pada korupsi. Bahkan maling ayam bisa sampai terkena hukum massa yaitu pengroyokan. Tetapi kasus korupsi tidak sampai seperti itu. Itulah perbedaan kesamaan drajat antara kaum elite dan massa tentang hukum. Dan satu kasus lagi yang sering terjadi di daerah Aceh. Di daerah Aceh sangat kuat sekali hukum yang ada disana. Tetapi itu hanya berlaku bagi rakyat biasa tidak untuk kaum elite.
Mengapa di Negara kita sendiri, kita dan yang lainnya saling membedakan. Padahal kita sebagai manusia saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lainnya dan mempunyai kesamaan drajat yang hampir sama. Misal apabila kita saling menghormati orang lain maka kita juga akan dihormati orang lain.
KESIMPULAN
Dalam pengertian umum elite menunjukkan sekelompok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukan tinggi. Dalam arti lebih khusus lagi elite adalah sekelompok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan.
Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokkan kolektif lain yang elementer dan spotnan, yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tetapi yang secara fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang lain.
THANK'S TO :
http://nathaniaseptavy.wordpress.com/tag/elite-dan-massa/
http://majiedflow.blogspot.com/2011/11/elite-dan-massa.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Masyarakat
http://ochapsikologikelompok.blogspot.com/2010/10/teori-teori-perilaku-massa.html
http://retno10508190.blogspot.com/2010/10/cara-menyikapi-perilaku-massa.html
http://wibawa-rian.blogspot.com/2010/11/perilaku-massa.html
http://oeebudhi.blogspot.com/2011/11/62-kesamaan-derajat-dan-elite-massa.html
A. PELAPISAN SOSIAL
"PENGERTIAN PELAPISAN SOSIAL"
Kata stratification berasal dari kata stratum, jamaknya strata yang berarti lapisan. Menurut Pitirim A. Sorokin, pelapisan sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat atau hierarkis. Hal tersebut dapat kita ketahui adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelasyang lebih rendah dalam masyarakat.
Menurut P.J. Bouman, pelapisan sosial adalah golongan manusia yang
ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak
istimewa tertentu.Oleh karena itu, mereka menuntut gengsi
kemasyarakatan. Hal tersebut dapat dilihat dalam kehidupan anggota
masyarakatyang berada di kelas tinggi. Seseorang yang berada di kelas
tinggi mempunyai hak-hak istimewa dibanding yang berada di kelas rendah.
Pelapisan sosial merupakan gejala yang bersifat universal. Kapan pun dan
di dalam masyarakat mana pun, pelapisan sosial selalu ada. Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyebut bahwa selama dalam masyarakat
ada sesuatuyang dihargai, maka dengan sendirinya pelapisan sosial
terjadi. Sesuatu yang dihargai dalam masyarakat bisa berupa harta
kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pelapisan sosial adalah
pembedaan antar warga dalam masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial
secara bertingkat. Wujudnya adalah terdapat lapisan-lapisan di dalam
masyarakat diantaranya ada kelas sosial tinggi, sedang dan rendah.
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau
posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi
seseorang maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan
sosial seseorang itu disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti
kekayaan di bidang ekonomi, nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan
wewenang.
B. CIRI TETAP KELOMPOK SOSIAL
Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem sosial masyarakat kuno. Seluruh masyarakat memberikan sikap dan kegiatan yang berbeda kapada kaum laki-laki dan perempuan. Tetapi hal ini perlu diingat bahwa ketentuan-ketentuan tentang pembagian kedudukan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi dasar daripada pembagian pekerjaan, semata-mata ditentukan oleh sistem kebudayaan itu sendiri.
Didalam organisasi masyarakat primitif, dimana belum mengenal tulisan, pelapisan masyarakat itu sudah ada. HAl ini terwujud berbagai bentuk sebagai berikut:
1) Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajiban;
2) Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki hak-hak istimewa;
3) adanya pemimpin yang saling berpengaruh;
4) Adanya orang-orang yang dikecilkan di luar kasta dan orang yang diluar perlindungan hukum (cutlaw men);
5) Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri;
6) Adanya pembedaan standar ekonomi dan didalam ketidaksamaan ekonomi itu secara umum.
C. TERJADINYA PELAPISAN SOSIAL
Terjadinya Pelapisan Sosial terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Terjadi dengan Sendirinya
Sebuah lapisan yang terjadi sengaja apabila lapisan itu terbentuk secara otomatis,biasanya lapisan ini dikategorikan menurut waktu dan tempat. Misalnya kelompok-kelompok yang berusia lanjut disebut sebagai golongan tua sementara orang-orang yang masih muda disebut golongan muda. Pada lapisan ini tidak ada terjadinya pemaksaan oleh masyarakat,semuanya terjadi secara alami .
Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifat yang tanpa disengaja inilah yang membentuk lapisan dan dasar dari pada pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat dimana sistem itu berlaku.
2. Terjadi dengan Sengaja
lapisan yang terjadi secara sengaja. Lapisan yang ada terbentuk karena adanya sistem pembagian kekuasaan, organisasi, dan cendrung bersifat memaksa. Lapisan masyarakat seperti ini umumnya dikarena perbedaan tingkat kekuasaan. Contohnya organisasi sosial,politik,perusahaan besar dengan kata lain organisasi ini terbentuk karena adanya organisasi formal. Dalam suatu bidang pemerintah misalnya, seorang pemimpin memiliki kedudukan yang istimewa, turun sedikit kepada kaki tangannya yang memiliki posisi yang istimewa jika dibandingkan dengan masyarakat biasanya.
Sistem pelapisan ini dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama. Dalam sistem ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya kewenangan dan kekuasaan yang diberikan kepada seseorang.
Didalam sistem organisasi yang disusun dengan cara sengaja, mengandung 2 sistem, yaitu:
Sistem Fungsional, merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang sederajat.
Sistem Skalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dari bawah ke atas ( Vertikal ).
D. PEMBEDAAN SISTEM PELAPISAN MENURUT SIFATNYA
Menurut sifatnya, sistem pelapisan dalam masyarakat dibedakan menjadi:
1. LAPISAN SOSIAL BERSIFAT TERTUTUP
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.
Pelapisan Sosial Tertutup
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke lapisan sosial yang lain. Dalam sistem ini, satu-satunya kemungkinan untuk masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.
Contoh:
- Sistem kasta di India. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
- Rasialis. Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di posisi kulit putih.
Di India, sistem ini digunakan, yang masyarakatnya mengenal sistem kasta. Sebagaimana yang kita ketahui masyarakat terbagi ke dalam :
-Kasta Brahma : merupakan kasta tertinggi untuk para golongan pendeta;
Kasta Ksatria : merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua;
Kasta Waisya : merupakan kasta dari golongan pedagang;
Kasta sudra : merupakan kasta dari golongan rakyat jelata;
Paria : golongan bagi mereka yang tidak mempunyai kasta. seperti : kaum gelandangan, peminta.
Sistem seperti ini cendrung menyebabkan terjadinya kecemburuan sosial yang ujung-ujungnya menuju pada permasalahan sosial atau tindakan krimal yang terjadi ditengah kehidupan masyarakat.
2. LAPISAN SOSIAL BERSIFAT TERBUKA
Pelapisan Sosial Terbuka
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Setiap orang memiliki kesempatan berusaha untuk menaikkan, menurunkan, maupun menstabilkan statusnya.
Contoh:
- Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
- Seorang yang rendah tingkat pendidikannya dapat memperoleh pendidikan yang lebih tinggi dengan usaha yang gigih.
3. LAPISAN SOSIAL CAMPURAN
Pelapisan Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
E.PENYEBAB TERBENTUKNYA LAPISAN SOSIAL MASYARAKAT
Setidaknya ada beberapa kriteria yang menjadi penyebab terbentuknya lapisan-lapisan yang ada dimsyarakat :
Pertama,Kekayaan: orang yang memiliki kekayaan paling banyak akan ditempat kan sebagai lapisan paling atas atau orang berpunya. Lapisan ini biasanya mendapatkan perlakuan yang lebih istimewa jika dibanding dengan orang-orang yang memiliki perekonomian yang rendah.
Kedua, Kekuasaan : sama sperti lapisan orang nomor satu, seseorang yang memiliki kekuasaan yang teratas mempunyai wewenang yang sangat besar,sehingga lapisan ini memiliki kesempatan yang besar untuk menngatasi permasalahan sosial yang terjadi.Tetapi jika terjadi salah wewenang maka tindakan kriminal memperbudakkan orang lain mungkin saja terjadi.
Ketiga, Kehormatan : pada posisi ini kedudukan seseorang tidak dipandang dari sisi kekayaan atau kekuasaan yang dimilikinya. Tapi posisi ini terbentuk karena adanya rasa hormat masyarakat kepada seseorang yang telah berjasa. Biasanya lapisan seperti ini masih banyak terjadi dimasyarakat pedesaan.
Tidak hanya ada lapisan-lapisan yang seperti ini. Terkadang kita sering mendengar kata-kata masyarakat ekonomi atas, menengah, atau ekonomi kebawah. Memang ini adalah lapisan yang paling umum terjadi dimasyarakat dan sering digunakan untuk menggambarkan keadaan seseorang ditengah-tengah kehidupan kita.
Masyarakat ekonomi atas, sering digambarkan dengan orang yang mempunyai kekayaan,mobil mewah, hidup mudah, dan profesi pekerjaan yang bagus. Golongan seperti ini biasanya adalah pengusaha, pemilik kebun, dan bussinessman. Sementara itu masyarakt ekonomi menengah terbagi lagi menjadi dua yaitu ekonomi menengah-atas dan ekonomi menengah kebawah. Disebut sebagai ekonomi atas karena penghasilan yang didapatkannya lebih dari cukup tapi masih dibawah penghasilan ekonomi atas.golongan seperti biasanya adalah guru,pegawai sipil, maupun wiraswasta yang berdagang kecil-kecilan. Kemudian ekonomi-menengah kebawah bisa dibilang masyarakat yang memiliki penghasilan yang pas-pasan.golongan ini misalnya,pekerja tani, penggarap sawah,pengembala. Sedangkan masyarakat ekonomi kebawah adalah mereka yang tidak memiliki penghasilan yang tetap bisa dibilang masyarakat yang akan mendapatkan keuntungan yang sangat sedikit yang bahkan untuk menghidupi dirinya sendiri tidak bisa. Golongan seperti ini sering diidentikkan dengan seseorang yang berprofesi sebagai pengemis, pemulung, atau budak.
Timbul pertanyaan!
Bukannya dengan adanya lapisan-lapisan yang ada bisa menimbulkan kecemburuan antara orang miskin dan kaya, maupun sebaliknya.
Memang orang yang hidup dengan perekonomian keatas hidupnya lebih baik dari kehidupan dibawahnya. Barang-barang mewah, rumah besar, mobil ferrary, ipad 1, laptop atau apalah itu telah memuaskan kehidupannya.Hal-hal seperti ini menyebabkan sebagian orang kaya lupa akan kedudukan dimasyarakat, kehidupan cendrung individual dan careless terhadap kehidupan diluarnya.Dari pengalaman pribadi sih , biasanya orang yang menduduki posisi ini biasanya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka, sehingga lebih sering menghabiskan waktu dikantor, rasa lelah dan frustasi dengan pekerjaan menyebabkan waktu luang lebih sering dihabiskan dengan istirahat dan tidur dirumah sehingga waktu untuk berkumpul dengan tetangga hampir tidak pernah ada. Biasanya orang-orang seperti ini memiliki pendidikan sangat tinggi.Bukan berarti mereka tidak peduli. Dibandingkan kehidupan masyarakat ekonomi menengah biasanya rasa solidaritas dan keakraban antar sesama jauh lebih tinggi.Ini karena mereka mempunyai waktu luang yang lebih banyak,ya walaupun tidak semuanya, sehingga waktu untuk berkumpul dengan tetangga lebih banyak . Sementara itu masyarakat ekonomi bawah biasanya cendrung menutup diri walaupun tidak semuanya. Biasanya mereka juga super sibuk untuk mencari sedikit rezeki agar bisa makan untuk hari ini.
Kecemburuan mungkin terjadi, sehingga tindakan krimal sering kali menimpa orang-orang yang memiliki kekayaan.Biasanya pelaku-pelaku dari tindakan ini adalah orang-orang yang tidak memiliki penghasilan dan mendapatkan tekanan ekonomi sehingga nekad melakukan pencurian,penodongan atau apalah. Karena itulah kenapa masyarakat ekonomi kebawah sering disalah jika terjadi tindakan kriminal. Mempunyai ekonomi rendah bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Berpikirlah inovatif dan kreatif kita bisa merubahnya. Seperti yang dikutip dari majalah Elshinta edisi November 2011. Nuruh Huda seorang pengusaha cendol sukses yang memiliki 500 Outlet penjualan ia hanya tamatan SD itupun tidak tamat, ia mempunyai semangat kuat sehingga sukses,tetapi ingat mencapai kesuksesan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Jadi, intinya kita bisa jika kita mau, bayangkan jika rakyat indonesia bersifat mandiri dan tidak tergantung pada pemerintah. Insyaallah semuanya pasti bisa.
Sebagai manusia yang saling membutuhkan kita harus membantu orang lain. Meski kaya tapi peduli terhadap sesama, bukan berarti rumah besar pagar besi menghalangi diri untuk bersosialisasi. Kita butuh pertolongan orang lain apalagi dengan tetangga dan orang-orang disekitar kita. Saling menutupi kekurang, membantu yang lain. Misalnya kita bisa membantu masyarakt yang kekurangan dengan memberi sumbangan atau memberi bantuan berupa sembako ataupun uang tunai untuk mengurangi beban.
F. BEBERAPA TEORI TENTANG PELAPISAN SOSIAL
Bentuk konkrit daripada pelapisan masyarakat ada beberapa macam. Ada yang membagi pelapisan masyarakat seperti:
Masyarakat terdiri dari Kelas Atas (Upper Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
Masyarakat terdiri dari tiga kelas, yaitu Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
Sementara itu ada pula sering kita dengar : Kelas Atas (Upper Class), Kelas Menengah (Middle Class), Kelas Menengah Ke Bawah (Lower Middle Class) dan Kelas Bawah (Lower Class).
Para pendapat sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di dalam menyampaikan teori-teori tentang pelapisan masyarakat. seperti:
Aristoteles membagi masyarakat berdasarkan golongan ekonominya sehingga ada yang kaya, menengah, dan melarat.
Prof.Dr.Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH.MA menyatakan bahwa selama didalam masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya makan barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.
Vilfredo Pareto menyatakan bahwa ada 2 kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu, yaitu golongan elite dan golongan non elite.
Gaotano Mosoa, sarjana Italia. menyatakan bahwa di dalam seluruh masyarakat dari masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah.
Karl Marx, menjelaskan secara tidak langsung tentang pelapisan masyarakat menggunakan istilah kelas menurut dia, pada pokoknya ada 2 macam di dalam setiap masyarakat yaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyai dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam proses produksi.
KESIMPULAN :
Stratifikasi sosial atau lapisan sosial merupakan pembedaan (difenresiasi) yang berhubungan dengan pengertian perbedaan tingkat, dimana anggota-anggota masyarakat berada didalamya. Stratifikasi ada yang terjadi dengan sendirinya dalam masyarakat, dan dapat pula dibentuk dengan sengaja dalam rangka usaha manusia untuk mengejar cita-cita bersama. Sumber stratifikasi dalam masyarakat adalah suku bangsa (etnis) dan unsur sosial. Lapisan masyarakat ada yang keras dan ada yang lunak, yang keras misalnya: kasta-kasta india, kulit putih,da hitam diamerika serikat. Yang lunak misalnya: kelas ekonomi, kelas pendidikan, dan sebagainya yang dicapai dengan perjuangan belajar.
Jadi, kesimpulannya adalah pelapisan masyarakat terjadi berdasarkan ukuran-ukuran atau kriteria kehidupan individu, yaitu ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan , ukuran kehormatan dan ukuran ilmu pengetahuan.
THANK'S TO :
http://keyrenz.wordpress.com/2009/11/22/pelapisan-sosial-masyarakat/
http://aushuria.wordpress.com/2011/11/26/lapisan-masyarakat/
Kamis, 24 Oktober 2013
ARTIKEL PEMUDA DAN SOSIALISASI
Bentrok Antar Pelajar di Perempatan Slipi, 3 Pelajar Diamankan
Septiana Ledysia - detikNews
Jakarta - Tawuran antar SMK Tri Arga dengan SMK Muhammadiyah 4 pecah di perempatan Slipi Jaya tepatnya di bawah Fly Over Slipi, Palmerah, Jakarta Barat. Akibat dari tawuran ini, tiga orang pelajar dari SMK Tri Arga, Kebon Jeruk digelandang ke Polsek Palmerah.
Salah satu pelajar yang digelandang, Mirza Alamsyah (16) mengatakan saat itu dia dan teman temannya sedang berada di dalam bus Kopaja P16 jurusan Cileduk - Tanah Abang. Saat sedang melintas di perempatan Slipi bus tersebut dihadang oleh puluhan pelajar dari SMK Muhammadiyah 4.
"Tiba-tiba
anak-anak Muhammadiyah gedor-gedor bus, terus bus-nya langsung
berhenti, saat itu anak-anak yang lain pada kocar kacir, lalu kita
bentrok disitu," ujar Mirza yang baru kelas I jurusan komputer saat di
ruang SPK Polsek Palmerah, Kamis (5/9/2013).
Mirza mengatakan,
tawuran semakin memanas saat pelajar dari SMK Muhammadiyah mengeluarkan
senjata tajam. Akibatnya, dia dan teman-temannya disuruh turun oleh
sopir bus.
"Mereka ada yang mengacung-acungkan celurit juga,
sopirnya takut, bus-nya berhenti disitu juga, yaudah gak bisa
dihindarin, kalo kita sih tadinya gak mau tawuran," ujar Alam.
Bentrokan
antar pelajar tersebut tidak berlangsung lama karena ada petugas polisi
yang melepaskan tembakan peringatan. Petugas SPK Polsektro Palmerah,
Aiptu Syafei mengatakan, dari ketiga pelajar yang diamankan tidak
satupun membawa senjata tajam.
"Mereka harus buat pernyataan
dulu, berjanji tidak akan mengulangi tawuran, orang tua mereka sedang
kami panggil untuk menjemput," imbuh Aiptu Syafei.
news.detik.com/read/2013/09/05/172409/2350542/10/bentrok-antar-pelajar-di-perempatan-slipi-3-pelajar-diamankan
Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.
Dari sudut pandang penulis, tawuran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh 2 kelompok / lebih yang berisikan individu – individu yang kehilangan moral dan akal sehatnya.
Sekarang ini, kita sering menjumpai maraknya aksi tawuran, tidak memandang usia maupun status sosial, tawuran seakan – akan membudaya di masyarakat kita, yang lebih menjadi sorotan, adalah bahwa banyak diantara para pelaku tawuran yang masih duduk di bangku SD, SMP, SMA, dan juga Mahasiswa. Sedih kalau melihat kalangan pelajar negeri ini sekarang bukan berlomba – lomba menciptakan prestasi yang dapat dibanggakan di kalangan masyarakat maupun dunia internasional, akan tetapi justru berlomba menunjukan siapa yang paling kuat dan “berkuasa”.
Menurut pendapat saya tawuran merupakan ekspresi kekerasan pelajar. Mungkin ekspresi ini dapat disebabkan beberapa faktor, sepertinya lemah pengasuhan dan ketahanan keluarga, misalnya pendidikan yang tak berorientasi pada pengetahuan. Tawuran dapat dipicu oleh ketidakkemampuan orang dewasa memahami dunia anak, energi yang tidak tersalurkan dengan baik, dan fasilitas terbatas. Kemudian tekanan sistem pendidikan yang membuat anak stress, pengaruh kelompok atau pergaulan, dan serta kurangnya pemanfaatan waktu luang pelajar. Jadi saya setuju jika waktu luang yang dimiliki para pelajar dimanfaatkan dengan baik misalnya membina bakat para pelajar, agar pelajar tersebut tidak mengikuti tawuran yang sedang marak terjadi.
Langganan:
Postingan (Atom)